Sunday, June 3, 2012

AKU DAN KELUARGA KECILKU



Tak terasa sudah berjalan 7 tahun rumah tanggaku. Banyak sudah kejadian –kejadian yang sudah aku lalui dari yang membahagiakan, menyedihkan sampai kejadian lucu. Semua di lalui dengan penuh keikhlasan dan selalu bersyukur. Sehingga sangat ringan di dalam hati. 
Selama perjalanan pernikahan ku itu aku dikaruniai satu orang putra. Alhamdulillah karena diusiaku yang waktu itu sudah tidak muda lagi Allah swt masih mempercayai aku untuk merawat seorang jagoan kecil yang lucu, smart dan sholeh … insyaallah.

Keluarga Praktis

Keluarga kecilku ini boleh dikatakan keluarga yang sangat praktis. Kalau sudah kumpul di rumah, kita bertiga punya hobby masing-masing suami hobby membaca dan otak-atik computer, anakku hobby membaca dan main computer, sedangkan aku suka menulis, untuk website atau blog.  Dan kita sangat menghargai antara satu dengan yang lain. Jadi isi yang ada di dalam rumahpun juga berhubungan dengan hobby kami bertiga, bahkan tidak layak rasanya rumah kami disebut “rumah” karena perbandingan antara peralatan rumah tangga dan peralatan hobby, lebih banyak hobbynya. Jadi rumah sudah seperti warnet dan perpustakaan.

Semua rumah tangga pasti ada permasalahan begitu juga rumah tanggaku. Dari semua permasalah yang ada selalu kita perkecil ruang lingkupnya sehingga tidak menjadi masalah besar. Begitu juga dengan hal-hal lain misalnya seperti masalah keuangan keluarga, masalah pendidikan anak dll. Semuanya kita atur secara “fun” menyenangkan dan tidak bikin stress. Semua permasalah diusahakan selesai dalam satu hari itu. Sehingga tidak berkepanjangan dan semakin meresahkan, nggak bagus untuk psikologi anak  jika melihatnya.
Masalah agama dan pendidikan adalah menduduki rangking satu di keluarga kecilku. Aku dan suami sangat konsen dengan hal yang satu ini. Dari masalah agama, menentukan standard sekolah terbaik untuk anak, system pendidikan di keluarga, hingga kebutuhan-kebutuhan penunjang lainnya selalu kita diskusikan bersama antar aku, suamiku dan anakku. Seru sekali kalau sudah berdiskusi. Dimana kadang anakku protes atas keputusan ayahnya. Kalau diskusi mulai memanas aku mulai turun tangan sebagai moderator dirumah… dan memberikan jalan tengah kepada mereka berdua. Begitu juga sebaliknya jika aku yang berdiskusi dengan anakku ayahnya yang jadi moderatornya.  lucu ya… (mirip sidang nggota dewan, banyak interupsi dari anakku karena dia tidak mau terganggu hobbynya). Begitu indah sekali keluargaku seolah hidup dan insyaallah aku pertahankan selamanya.

Menerapkan “resiko” bukan “hukuman” didalam keluarga

Namanya juga manusia pasti tempat kesalahan dan kelupaan. Begitu juga yang ada di keluargaku,  kadang ada aturan yang sudah kita sepakati bersama tetapi dilanggar. Keluargaku sengaja menerapkan factor resiko untuk semua tidak peduli yang buat kesalahan orang tua atau anaknya. Aku sengaja mengatakan “resiko” karena jauh lebih mendidik dari pada sekedar “hukuman”. Faktor resiko ditentukan atas persetujuan bersama antara aku, suami dan anakku. Dalam aturan itu jika aku atau suamiku yang melanggar, tugas anakku yang menentukan resiko buat orang tuanya. Begitu juga sebaliknya. Factor resikonya dari tidak boleh main computer, sampai tidak boleh main keluar rumah. Hal seperti inilah yang menyebabkan anakku sangat disiplin dengan aturan yang ada tanpa aku harus memberitahunya. Karena dia sangat tahu bahwa posisinya didalam rumah kedudukannya sama dengan orang tuanya alias dihargai. 

Gaya wisata keluargaku

Keluargaku mungkin sangat berbeda dengan keluarga-keluarga yang lain, yang hampir tiap minggu jalan-jalan di Mall, kita bertiga ke Mall kalau nggak karena tedesak untuk membeli sesuatu. Biasanya  kita jalan di Mall kalau stock buku bacaan anak atau suamiku sudah habis kalau nggak sekedar mengantar aku untuk mencari barang pesanan orang (kebetulan aku jualan on line di internet), atau belanja bulanan. Sengaja kita atur demikian karena untuk melatih anakku untuk tidak hidup terlalu konsumtif. Dan Alhamdulillah nyata hasilnya. Terbukti  sebelum berangkat ke Mall itu pun anakku sudah memberikan “memo” : “TIDAK PAKAI LAMA DI MALLNYA, YA BUNDA…” Kalau untuk masalah berwisata keluar kota, biasanya kami sudah diskusikan di awal tahun. Rencana tahunan itu biasanya kami persiapkan secara matang. Dari tempat yang akan dikunjungi , berapa hari, hingga berapa budgetnya. Sehingga bisa berjalan lancar dan budget nya pun tidak jebol…

Keluarga sehatku

Aku dan suami selalu berusaha membiasakan makan dirumah (jajan sekali-sekali biasanya ada perayaan-perayaan kecil), selain membiasakan hidup sehat, juga melatih anakku untuk berhemat sejak kecil. Bukan berarti aku pelit dengan anakku, aku tidak pelit dengan anakku bahkan untuk menghindari anakku jajan di warung aku sengaja membuat makanan favorit anakku itu dengan tanganku sendiri. Selain bersih tidak memakai bahan pengawet anakku lebih puas makan di rumah.Itu juga merupakan lanjutan dari pendidikan kedisiplinan buatnya. Aku jarang sekali memberikan makanan-makanan fast food yang di beli di Mal-mal untuk anakku. Dan bukan berarti pula anakku nggak pernah makan. Jujur aku memperkenalkan juga makanan itu, tetapi dengan catatan : “bahwa makanan yang kamu makan itu tidak sehat untuk badanmu…” Aku juga sangat menanamkan kepada keluargaku bahwa kesehatan itu mahal sekali harganya. Jadi sebelum kita sakit lebih baik kita jaga kesehatan kita. Ibadah kita sama Allah jadi lancar sholat 5 waktunya tidak pernah kita tinggalkan, jiwa kita tenang dan bahagia. Alhamdulillah Allah selalu melindungi keluargaku.

Ayo menabung

Untuk yang satu ini merupakan budaya yang harus dilestarikan dalam keluargaku. Apapun yang diinginkan di keluargaku itu tidak instan tentu saja melalui proses yaitu menabung (maaf kami kurang suka dengan budaya hutang). Aku sengaja melakukan ini untuk melatih anakku untuk selalu berjuang jika menginginkan sesuatu. Bukan berarti aku tidak mampu membelikannya. Tetapi aku ingin anakku berusaha secara halal bagaimana mendapatkan sesuatu barang yang dia suka. Aku dan suami bukan tipe orang yang selalu menuruti keinginan anak jika tidak ada alasannya. Apapun keinginan anak jika memang alasan yang dia kemukakan itu bisa dia pertanggung jawabkan aku dan suami pasti menurutinya. Berapapun biayanya.  Alhasil sampai sekarang putraku sangat menghargai uang, bahkan dia sangat tahu betapa susahnya kedua orang tuanya mencari uang mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk masa depannya.

Itu sepenggal kisah kecil tentang keluarga kecilku. Yang aku perjuangkan selama 7 tahun pernikahanku. Di setiap malam aku selalu berdoa, agar keluarga kecilku yang manis dan unik ini selalu dalam limpahan rahmatNya.

(kisahku untuk keluargaku)

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Theme images by andynwt. Powered by Blogger.
 

© TULISAN BUNDA, All Rights Reserved
Design by Dzignine and Conceptual photography