Tak terasa sudah berjalan 7 tahun rumah tanggaku. Banyak sudah
kejadian –kejadian yang sudah aku lalui dari yang membahagiakan, menyedihkan
sampai kejadian lucu. Semua di lalui dengan penuh keikhlasan dan selalu
bersyukur. Sehingga sangat ringan di dalam hati.
Selama perjalanan pernikahan ku itu aku dikaruniai satu
orang putra. Alhamdulillah karena diusiaku yang waktu itu sudah tidak muda lagi
Allah swt masih mempercayai aku untuk merawat seorang jagoan kecil yang lucu,
smart dan sholeh … insyaallah.
Keluarga Praktis
Keluarga kecilku ini boleh dikatakan keluarga yang sangat
praktis. Kalau sudah kumpul di rumah, kita bertiga punya hobby masing-masing
suami hobby membaca dan otak-atik computer, anakku hobby membaca dan main computer,
sedangkan aku suka menulis, untuk website atau blog. Dan kita sangat menghargai antara satu dengan
yang lain. Jadi isi yang ada di dalam rumahpun juga berhubungan dengan hobby
kami bertiga, bahkan tidak layak rasanya rumah kami disebut “rumah” karena
perbandingan antara peralatan rumah tangga dan peralatan hobby, lebih banyak
hobbynya. Jadi rumah sudah seperti warnet dan perpustakaan.
Semua rumah tangga pasti ada permasalahan begitu juga rumah
tanggaku. Dari semua permasalah yang ada selalu kita perkecil ruang lingkupnya
sehingga tidak menjadi masalah besar. Begitu juga dengan hal-hal lain misalnya
seperti masalah keuangan keluarga, masalah pendidikan anak dll. Semuanya kita
atur secara “fun” menyenangkan dan tidak bikin stress. Semua permasalah
diusahakan selesai dalam satu hari itu. Sehingga tidak berkepanjangan dan
semakin meresahkan, nggak bagus untuk psikologi anak jika melihatnya.
Masalah agama dan pendidikan adalah menduduki rangking satu
di keluarga kecilku. Aku dan suami sangat konsen dengan hal yang satu ini. Dari
masalah agama, menentukan standard sekolah terbaik untuk anak, system
pendidikan di keluarga, hingga kebutuhan-kebutuhan penunjang lainnya selalu
kita diskusikan bersama antar aku, suamiku dan anakku. Seru sekali kalau sudah
berdiskusi. Dimana kadang anakku protes atas keputusan ayahnya. Kalau diskusi
mulai memanas aku mulai turun tangan sebagai moderator dirumah… dan memberikan
jalan tengah kepada mereka berdua. Begitu juga sebaliknya jika aku yang
berdiskusi dengan anakku ayahnya yang jadi moderatornya. lucu ya… (mirip sidang nggota dewan, banyak
interupsi dari anakku karena dia tidak mau terganggu hobbynya). Begitu indah
sekali keluargaku seolah hidup dan insyaallah aku pertahankan selamanya.
Menerapkan “resiko” bukan “hukuman” didalam keluarga
Namanya juga manusia pasti tempat kesalahan dan kelupaan. Begitu
juga yang ada di keluargaku, kadang ada aturan
yang sudah kita sepakati bersama tetapi dilanggar. Keluargaku sengaja
menerapkan factor resiko untuk semua tidak peduli yang buat kesalahan orang tua
atau anaknya. Aku sengaja mengatakan “resiko” karena jauh lebih mendidik dari
pada sekedar “hukuman”. Faktor resiko ditentukan atas persetujuan bersama
antara aku, suami dan anakku. Dalam aturan itu jika aku atau suamiku yang
melanggar, tugas anakku yang menentukan resiko buat orang tuanya. Begitu juga
sebaliknya. Factor resikonya dari tidak boleh main computer, sampai tidak boleh
main keluar rumah. Hal seperti inilah yang menyebabkan anakku sangat disiplin
dengan aturan yang ada tanpa aku harus memberitahunya. Karena dia sangat tahu
bahwa posisinya didalam rumah kedudukannya sama dengan orang tuanya alias
dihargai.
Gaya wisata keluargaku
Keluargaku mungkin sangat berbeda dengan keluarga-keluarga
yang lain, yang hampir tiap minggu jalan-jalan di Mall, kita bertiga ke Mall
kalau nggak karena tedesak untuk membeli sesuatu. Biasanya kita jalan di Mall kalau stock buku bacaan
anak atau suamiku sudah habis kalau nggak sekedar mengantar aku untuk mencari
barang pesanan orang (kebetulan aku jualan on line di internet), atau belanja
bulanan. Sengaja kita atur demikian karena untuk melatih anakku untuk tidak
hidup terlalu konsumtif. Dan Alhamdulillah nyata hasilnya. Terbukti sebelum berangkat ke Mall itu pun anakku sudah
memberikan “memo” : “TIDAK PAKAI LAMA DI MALLNYA, YA BUNDA…” Kalau untuk masalah
berwisata keluar kota, biasanya kami sudah diskusikan di awal tahun. Rencana tahunan
itu biasanya kami persiapkan secara matang. Dari tempat yang akan dikunjungi ,
berapa hari, hingga berapa budgetnya. Sehingga bisa berjalan lancar dan budget
nya pun tidak jebol…
Keluarga sehatku
Aku dan suami selalu berusaha membiasakan makan dirumah
(jajan sekali-sekali biasanya ada perayaan-perayaan kecil), selain membiasakan
hidup sehat, juga melatih anakku untuk berhemat sejak kecil. Bukan berarti aku
pelit dengan anakku, aku tidak pelit dengan anakku bahkan untuk menghindari
anakku jajan di warung aku sengaja membuat makanan favorit anakku itu dengan
tanganku sendiri. Selain bersih tidak memakai bahan pengawet anakku lebih puas
makan di rumah.Itu juga merupakan lanjutan dari pendidikan kedisiplinan buatnya.
Aku jarang sekali memberikan makanan-makanan fast food yang di beli di Mal-mal
untuk anakku. Dan bukan berarti pula anakku nggak pernah makan. Jujur aku
memperkenalkan juga makanan itu, tetapi dengan catatan : “bahwa makanan yang
kamu makan itu tidak sehat untuk badanmu…” Aku juga sangat menanamkan kepada
keluargaku bahwa kesehatan itu mahal sekali harganya. Jadi sebelum kita sakit
lebih baik kita jaga kesehatan kita. Ibadah kita sama Allah jadi lancar sholat
5 waktunya tidak pernah kita tinggalkan, jiwa kita tenang dan bahagia. Alhamdulillah
Allah selalu melindungi keluargaku.
Ayo menabung
Untuk yang satu ini merupakan budaya yang harus dilestarikan
dalam keluargaku. Apapun yang diinginkan di keluargaku itu tidak instan tentu
saja melalui proses yaitu menabung (maaf kami kurang suka dengan budaya hutang).
Aku sengaja melakukan ini untuk melatih anakku untuk selalu berjuang jika
menginginkan sesuatu. Bukan berarti aku tidak mampu membelikannya. Tetapi aku
ingin anakku berusaha secara halal bagaimana mendapatkan sesuatu barang yang
dia suka. Aku dan suami bukan tipe orang yang selalu menuruti keinginan anak
jika tidak ada alasannya. Apapun keinginan anak jika memang alasan yang dia
kemukakan itu bisa dia pertanggung jawabkan aku dan suami pasti menurutinya. Berapapun
biayanya. Alhasil sampai sekarang
putraku sangat menghargai uang, bahkan dia sangat tahu betapa susahnya kedua
orang tuanya mencari uang mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk masa depannya.
Itu sepenggal kisah kecil tentang keluarga kecilku. Yang aku
perjuangkan selama 7 tahun pernikahanku. Di setiap malam aku selalu berdoa,
agar keluarga kecilku yang manis dan unik ini selalu dalam limpahan rahmatNya.
(kisahku untuk keluargaku)
0 comments:
Post a Comment