Kisah ini di tuturkan langsung kepada
penulis oleh Dinar (nama samaran) karena ketidak sukaannya melihat tingkah laku
Datuk (nama samaran) suaminya yang mulai mengabaikan kewajibannya sebagai suami
dan bapak bagi kedua anaknya, dan juga diharapkan sebagai pelajaran kepada para
pembaca bahwa seorang wanita itu tidak menuntut apapun terhadap suaminya, hanya
kasih sayang, tanggung jawab dan pengertian saja yang diminta oleh istrinya. Sebab
“ dibalik kebahagiaan suami belum tentu istri dan anaknya bahagia, tetapi
dibalik kebahagiaan anak dan istri pasti suami akan merasakan bahagia…”
Dinar (nama samaran) 26 tahun sudah enam
tahun menikah dengan Datuk (nama samaran) 42 tahun, dari hasil pernikahan
tersebut mereka dikaruniai dua orang
anak satu laki-laki dan satu perempuan. Dari tahun pertama mereka menikah
hingga dikaruniai dua anak, keluarga kecil ini merupakan keluarga sederhana
yang bahagia. Datuk bekerja sebagai karyawan tetap di sebuah perusahaan swasta.
Sementara Dinar sebagai ibu rumah tangga yang seharian berkutat dirumah untuk
mengurusi semua kebutuhan suami dan kedua anaknya.
Dari kehidupan yang sederhana itu Datuk dan
Dinar bisa memiliki rumah sendiri biarpun sederhana di sebuah kawasan
perumahan. Bahkan Dengan gajinya yang masih standar UMK itu Datuk juga mulai
berani membeli dua buah rumah lagi biarpun dengan system angsuran. Awalnya mungkin tidak begitu berasa bagi
Datuk dan Dinar untuk menyisihkan uang bulanannya untuk biaya perumahan yang ia
tanggung, tapi lama-lama kebutuhan hidup semakin membengkak akhirnya timbul
masalah baru dalam kehidupan rumah tangga mereka.
SUAMI MULAI
KENAL INTERNET
Mungkin bagi sebagian orang senang melihat
suaminya tidak “gaptek” (gagap teknologi), karena bisa menjadikan nilai tambah
dalam kehidupannya. Tapi tidak bagi Dinar, Datuk suaminya semenjak kenal dengan
dunia maya (internet) semakin jarang pulang. Hampir semua waktu luangnya
dihabiskan di warnet, untuk bermain game online. Bahkan karena seringnya di
warnet Datuk sampai tidak memperhatikan keluarganya, bagaimana kondisi keuangan
istri atau anak-anaknya? Apakah mereka bisa makan atau tidak? itu semua
diabakan oleh Datuk. Datuk semakin “gila”, dia sudah berani menumpuk hutang di
warnet yang biasa dia sewa hingga ratusan ribu per bulannya. Selain itu Datuk
juga sering membolos kerja hanya karena biar leluasa bermain di warnet. Karena
keseringan membolos kerja otomatis gaji perbulannya pun berkurangnya sangat
signifikan, sehingga sangat tidak mencukupi untuk kebutuhan membayar tagihan
beberapa rumah, air , listrik dan kebutuhan sehari-hari. Tidak cukup itu saja
Datuk juga mulai berhutang kesana- kemari demi memuaskan nafsunya untuk ke
warnet. Sementara Dinar istrinya pusing tujuh keliling memikirkan apa yang bisa
dimakan hari ini bersama anak-anaknya karena Datuk sama sekali tidak member
uang untuk kebutuhan belanjanya. Tidak hanya itu saja Dinar juga harus bisa
bersilat lidah jika ada depkolektor datang kerumahnya guna menagih beberapa
tagihan yang sudah jatuh tempo bulannya.
Dinar betul-betul dibuat pusing tujuh
keliling karena kelakuan Datuk yang sama sekali tidak memperhatikan anak dan
istrinya dirumah. Pernah suatu hari salah satu anaknya sakit dan harus di rawat
inap di rumah sakit, Dinar pun kalang kabut menjaga anaknya untung anak yang
satunya ada tetangga yang baik hati mau membantu menjaganya sehingga sedikit
meringankan beban Dinar di Rumah sakit. Nah, kemanakah Datuk suaminya? Suaminya
begitu pulang kerja langsung ke warnet! Disana dia bisa berjam-jam bahkan dari
pagi bisa sampai besok paginya lagi… . Dinar hanya bisa menangis dan menangis…
Kadang Dinar merasa iri melihat tetangga
kanan kirinya selalu kompak kemana-mana bersama, ke Mall, Makan di café,
membelikan baju baru buat anak atau istrinya… sementara Dinar belum pernah
merasakan itu semua. Dia dan kedua anaknya cukup dengan baju –baju bekas yang
biasa di bongkar oleh suaminya dari container di perusahaan tempat kerjanya. Itu
pun Dinar sangat bersyukur dengan apa yang dia dapat. Tapi apakah selamanya akan
seperti ini terus? Hidup dengan kondisi yang jauh dari alakadarnya? Yang tiap
hari harus berfikir untuk mencari pinjaman uang ke tetangga kanan kirinya guna
menyambung hidup dia dan kedua anaknya. Bahkan sekarang Dinar juga mulai
merasakan kalau suaminya sekarang mulai memanfaatkan kebaikan tetangga kanan
kirinya demi keuntungan diri pribadinya, dimana tanpa memberikan uang belanja
keistrinya maka tetangga kanan kirinya pun akan membantu dengan mengantar
makanan atau sekedar jajanan buat anaknya…
Sumber :
Penuturan Langsung dari Dinar (nama samara) kepada penulis, di Batam tertanggal
12 Nopember 2012
3 comments:
at: January 15, 2013 at 3:06 AM said...
good...i like it buk...pelajaran masa depanku....
at: January 11, 2014 at 9:19 AM said...
mantap bu
at: February 6, 2015 at 8:51 AM said...
Sabar y.sy juga sbr
Post a Comment