Saturday, December 29, 2012

KESABARAN SEORANG ISTRI




Kisah ini di tuturkan langsung kepada penulis oleh Dinar (nama samaran) karena ketidak sukaannya melihat tingkah laku Datuk (nama samaran) suaminya yang mulai mengabaikan kewajibannya sebagai suami dan bapak bagi kedua anaknya, dan juga diharapkan sebagai pelajaran kepada para pembaca bahwa seorang wanita itu tidak menuntut apapun terhadap suaminya, hanya kasih sayang, tanggung jawab dan pengertian saja yang diminta oleh istrinya. Sebab “ dibalik kebahagiaan suami belum tentu istri dan anaknya bahagia, tetapi dibalik kebahagiaan anak dan istri pasti suami akan merasakan bahagia…


Dinar (nama samaran) 26 tahun sudah enam tahun menikah dengan Datuk (nama samaran) 42 tahun, dari hasil pernikahan tersebut mereka dikaruniai  dua orang anak satu laki-laki dan satu perempuan. Dari tahun pertama mereka menikah hingga dikaruniai dua anak, keluarga kecil ini merupakan keluarga sederhana yang bahagia. Datuk bekerja sebagai karyawan tetap di sebuah perusahaan swasta. Sementara Dinar sebagai ibu rumah tangga yang seharian berkutat dirumah untuk mengurusi semua kebutuhan suami dan kedua anaknya.
Dari kehidupan yang sederhana itu Datuk dan Dinar bisa memiliki rumah sendiri biarpun sederhana di sebuah kawasan perumahan. Bahkan Dengan gajinya yang masih standar UMK itu Datuk juga mulai berani membeli dua buah rumah lagi biarpun dengan system angsuran.  Awalnya mungkin tidak begitu berasa bagi Datuk dan Dinar untuk menyisihkan uang bulanannya untuk biaya perumahan yang ia tanggung, tapi lama-lama kebutuhan hidup semakin membengkak akhirnya timbul masalah baru dalam kehidupan rumah tangga mereka.

SUAMI MULAI  KENAL  INTERNET

Mungkin bagi sebagian orang senang melihat suaminya tidak “gaptek” (gagap teknologi), karena bisa menjadikan nilai tambah dalam kehidupannya. Tapi tidak bagi Dinar, Datuk suaminya semenjak kenal dengan dunia maya (internet) semakin jarang pulang. Hampir semua waktu luangnya dihabiskan di warnet, untuk bermain game online. Bahkan karena seringnya di warnet Datuk sampai tidak memperhatikan keluarganya, bagaimana kondisi keuangan istri atau anak-anaknya? Apakah mereka bisa makan atau tidak? itu semua diabakan oleh Datuk. Datuk semakin “gila”, dia sudah berani menumpuk hutang di warnet yang biasa dia sewa hingga ratusan ribu per bulannya. Selain itu Datuk juga sering membolos kerja hanya karena biar leluasa bermain di warnet. Karena keseringan membolos kerja otomatis gaji perbulannya pun berkurangnya sangat signifikan, sehingga sangat tidak mencukupi untuk kebutuhan membayar tagihan beberapa rumah, air , listrik dan kebutuhan sehari-hari. Tidak cukup itu saja Datuk juga mulai berhutang kesana- kemari demi memuaskan nafsunya untuk ke warnet. Sementara Dinar istrinya pusing tujuh keliling memikirkan apa yang bisa dimakan hari ini bersama anak-anaknya karena Datuk sama sekali tidak member uang untuk kebutuhan belanjanya. Tidak hanya itu saja Dinar juga harus bisa bersilat lidah jika ada depkolektor datang kerumahnya guna menagih beberapa tagihan yang sudah jatuh tempo bulannya.

Dinar betul-betul dibuat pusing tujuh keliling karena kelakuan Datuk yang sama sekali tidak memperhatikan anak dan istrinya dirumah. Pernah suatu hari salah satu anaknya sakit dan harus di rawat inap di rumah sakit, Dinar pun kalang kabut menjaga anaknya untung anak yang satunya ada tetangga yang baik hati mau membantu menjaganya sehingga sedikit meringankan beban Dinar di Rumah sakit. Nah, kemanakah Datuk suaminya? Suaminya begitu pulang kerja langsung ke warnet! Disana dia bisa berjam-jam bahkan dari pagi bisa sampai besok paginya lagi… . Dinar hanya bisa menangis dan menangis…

Kadang Dinar merasa iri melihat tetangga kanan kirinya selalu kompak kemana-mana bersama, ke Mall, Makan di cafĂ©, membelikan baju baru buat anak atau istrinya… sementara Dinar belum pernah merasakan itu semua. Dia dan kedua anaknya cukup dengan baju –baju bekas yang biasa di bongkar oleh suaminya dari container di perusahaan tempat kerjanya. Itu pun Dinar sangat bersyukur dengan apa yang dia dapat. Tapi apakah selamanya akan seperti ini terus? Hidup dengan kondisi yang jauh dari alakadarnya? Yang tiap hari harus berfikir untuk mencari pinjaman uang ke tetangga kanan kirinya guna menyambung hidup dia dan kedua anaknya. Bahkan sekarang Dinar juga mulai merasakan kalau suaminya sekarang mulai memanfaatkan kebaikan tetangga kanan kirinya demi keuntungan diri pribadinya, dimana tanpa memberikan uang belanja keistrinya maka tetangga kanan kirinya pun akan membantu dengan mengantar makanan atau sekedar jajanan buat anaknya…

Sumber : Penuturan Langsung dari Dinar (nama samara) kepada penulis, di Batam tertanggal 12 Nopember 2012



3 comments:

Unknown says:
at: January 15, 2013 at 3:06 AM said...

good...i like it buk...pelajaran masa depanku....

AutoLink says:
at: January 11, 2014 at 9:19 AM said...

mantap bu

akhi_angga says:
at: February 6, 2015 at 8:51 AM said...

Sabar y.sy juga sbr

Post a Comment

Popular Posts

Theme images by andynwt. Powered by Blogger.
 

© TULISAN BUNDA, All Rights Reserved
Design by Dzignine and Conceptual photography