Wednesday, August 1, 2012

AKU MAU PULANG KE SEMARANG…!!


(KISAH DUKA SEORANG PEREMPUAN TENAGA KERJA INDONESIA DI MALAYSIA)


Kisah nyata ini sengaja aku tulis sebagai bahan perenungan dan introspeksi ke dalam diri kita masing-masing sebelum kita memutuskan sesuatu hal yang penting dalam kehidupan kita.

Sebut saja Nur Khotimah (nama samaran) atau biasa dipanggil Nur. Seorang perempuan kampung yang lugu dan masih polos dari daerah Ungaran Jawa Tengah tepatnya dari desa Genuk. Dia terlahir sebagai anak sulung dari 5 bersaudara. Kedua orang tuanya adalah buruh tani, dengan menggarap sawah milik orang lain. Karena penghasilan orang tuanya hanya cukup untuk biaya makan sehari-hari, maka Nur dan adik-adiknya tidak bisa melanjutkan ke bangku sekolah yang lebih tinggi, mereka hanya tamat sekolah dasar saja. Guna meringankan beban orang tuanya Nur dan adik-adiknya ikut bekerja serabutan, guna membiayai sekolah adik bungsunya yang masih duduk di kelas 3 sekolah dasar.


Karena semakin tinggi dan mahalnya kebutuhan hidup, sementara penghasilan kedua orang tuanya tergantung dari panen padi yang kadang tidak bisa dipastikan hasilnya, Nur pun berkeinginan untuk mencari rejeki dengan menjadi TKI di Malaysia. Nur ingin uang hasil kerjanya di Malaysia untuk mendirikan warung agar orangtuanya tidak menjadi buruh tani lagi. Dan Nur juga ingin membuatkan rumah untuk orangtuanya, yang sudah 25 tahun ditempati hingga sekarang sudah tidak layak huni lagi (reyot).

Nur akhirnya berangkat ke Ungaran untuk mendaftarkan diri menjadi Tenaga Kerja Indonesia. Setelah mengurus segala urusan, akhirnya Nur mendapatkan sponsor untuk berangkat ke Malaysia. Di Malaysia Nur bekerja dikontrak 2 tahun di sebuah perusahaan ternama, dan mendapatkan gaji setelah dikurangi dengan potongan-potongan biaya pada saat pemberangkatan ke Malaysia. Setiap bulannya Nur bisa mengirim orang tuanya uang paling sedikit  1 juta rupiah. Nur sudah tidak mau tahu buat apa dan diterima oleh siapa uang 1 juta rupiah itu dikampungnya. Yang jelas selama 2 tahun Nur di Malaysia, rumah Nur dikampung tetap saja gubug reot yang seperti pada saat pertama ditinggalkannya ke Malaysia.

Bencana itu mulai datang

Selama bekerja di Malaysia, Nur berkenalan dengan seorang laki-laki asal Malaysia teman satu pekerjaan (Leader). Laki-laki itu menaruh hati dengan Nur, tapi dasar Nur yang orang dusun yang masih lugu dan polos dia tidak tahu bahwa laki-laki tersebut menaruh hati padanya. Suatu hari Nur diajak ke Genting Island (salah satu daerah wisata di Malaysia), Karena Nur memang ingin tahu tentang Malaysia, maka Nur pun menuruti ajakan laki-laki tersebut. Sesampai di Genting island laki-laki tersebut menyewakan Nur sebuah hotel. Disinilah awal penderitaan Nur dimulai. Nur diperkosa beramai-ramai setelah diberi obat bius oleh laki-laki tersebut, dan setelah itu tubuh Nur dibiarkan tergeletak tidak sadar tanpa selembar benangpun ditubuhnya di tepi jalan raya di daerah Johor Bahru, Malaysia. Setelah kejadian tersebut Nur dikembalikan ke Indonesia tanpa sepeserpun uang pesangon dari perusahaan yang mempekerjakannya. Hanya gaji satu bulan terakhir itu saja yang dia bisa bawa kekampung halamannya.

Dikampung halamannya Nur sangat kaget karena kondisi rumahnya tidak berubah sama sekali, bahkan semakin menghawatirkan. Kedua orang tuanya kondisinya sakit-sakitan. Nur baru tahu kalau uang pengirimannya selama ini dipakai oleh adik laki-lakinya untuk berfoya-foya. Bahkan melihat Nur di PHK dari pekerjaannya di Malaysia, adik laki-lakinya itu malah mau membunuhnya karena adik laki-lakinya tidak lagi mendapatkan pasokan keuangan. Nur tidak pernah bercerita tentang Nasibnya di Malaysia kepada keluarganya, bahkan aib itu dia simpan rapi di dalam hatinya.

Selama 1 tahun dirumah, setiap hari kalau kedua orang tuanya pergi kesawah Nur dirumah bersama adik-adik yang masih kecil, Nur selalu menangis. Menangisi nasibnya yang sekarang sudah tidak berharga lagi, menangisi kondisi rumah orang tuanya yang hampir roboh, menangisi nasib dan masa depan adik-adiknya, dan menangisi tekanan dari  adik laki-lakinya yang selalu mengancam mau membunuhnya kalau Nur tidak menghasilkan uang. Karena pikiran tersebut akhirnya Nur jatuh sakit.

Sakit yang diderita oleh Nur kian hari kian parah, akhirnya Nur dirawat di rumah sakit di Semarang melalui  Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) yang diurus oleh seorang aparat di desanya. Diagnosa dokter mengatakan Nur mengidap penyakit kanker rahim stadium I. Nur tidak tahu penyakit apa itu. Yang penting bagi dia saat itu bagaimana dia bisa keluar dari rumah sakit dan bisa mencari uang buat kedua orang tuanya dan untuk biaya sekolah adik-adiknya.

Akhirnya Nur diijinkan berobat jalan oleh dokter. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Nur untuk mencari pekerjaan di Semarang. Di Semarang Nur berkenalan dengan seorang wanita, dia mengajak Nur untuk masuk lagi ke Malaysia menjadi TKI. Nur menolak ajakan wanita tersebut karena Nur tidak mau dipekerjakan di perusahaan lagi dan mempunyai nasib seperti dulu lagi. Wanita tersebutpun tidak kalah gencarnya merayu Nur agar mau masuk ke Malaysia lagi. Wanita tersebut bilang mau dipekerjakan di rumah makan di Kuala Lumpur dan dia juga mau meminjamkan uang untuk pengurusan hingga pemberangkatannya ke Malaysia. Nur pun akhirnya berfikir dari pada dirumah dia melihat penderitaan kedua orang tua dan adik-adiknya lebih baik dia mencari uang untuk kebahagiaan mereka (orang tua dan adik-adiknya). Nur akhirnya menyetujui keberangkatannya ke Malaysia untuk kedua kalinya.

Selama di Malaysia, Nur tinggal di penampungan di kawasan Putra Jaya, penampungan itu dikelola oleh orang china Malaysia. Didalam penampungan tersebut ada orang Indonesia, philiphina, dan orang Birma. Hari pertama Nur tinggal di penampungan itu suasananya masih asing karena orang-orang yang ada didalamnya berwajah sinis, cuek dan tidak mau tahu dengan hadirnya penghuni baru seperti Nur. Semakin menambah rasa sepi dan takut di hati Nur.

Akhirnya Nur tahu kalau rayuan temannya yang di Semarang itu bohong, Nur dipekerjakan bukan di rumah makan, tapi di agen cleaning service. Karena sudah terlanjur masuk dan diterima bekerja di agen cleaning service tersebut, Nur pun ingin bersungguh-sungguh bekerja demi kedua orang tua dan adik-adiknya.
Bulan pertama Nur bekerja masih dikatakan aman, bahkan Nur sudah punya pelanggan tetap yang berani mengontrak Nur selama 3 bulan kedepan untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah pelanggannya. Dan selama 3 bulan itu Nur tidak lagi tinggal di penampungan. Prestasi Nur yang dengan cepat mendapatkan pelanggan tentunya tidak di sukai oleh teman-teman Nur satu penampungan, terutama teman-teman Nur dari Indonesia. Mereka selalu mencari akal agar Nur mendapatkan teguran dari bos.

Tiga bulan kontrak Nur dengan pelanggannya pun berakhir Nur mendapatkan uang 900 ringgit dipotong untuk membayar hutang sponsor 600 ringgit sisa 300 ringgit, itulah hasil kerja Nur selama 3 bulan sama pelanggan, akhirnya  Nur pun harus kembali ke penampungan. Alangkah kagetnya Nur begitu kembali ke penampungan karena semua barang-barang yang ada di kamarnya dibuang oleh temannya yang dari Indonesia, alasannya ruangan sempit (satu kamar ukuran 4x4 diisi 6 orang). Padahal barang-barang itu semua akan dia berikan kepada kedua orang tua dan adik-adiknya. Nur menangis sedih karena kalau sudah berada di penampungan otomatis kesempatan keluar untuk berbelanja sudah tidak ada lagi. Kecuali ada yang mau mengontrak 3 bulan untuk bekerja di rumah pelanggan, itu satu-satunya kesempatan Nur bisa menghirup udara luar sembari membelikan buah tangan untuk orang tua dan adik-adiknya.

Penderitaan Nur selama di penampungan masih belum berakhir, selain Nur tidak bisa mengirim uang selama 3 bulan pertama, Nur juga menderita sakit di kakinya karena setiap hari disiram pembersih porselen oleh temannya yang dari Indonesia. Setiap kali Nur Mandi, dari bawah pintu kamar mandi selalu disiram satu botol cairan pembersih porselen ke arah kaki Nur. Sehingga kaki Nur iritasi yang sangat parah sehingga Nur tidak bisa berjalan. Otomatis Nur pun kehilangan pelanggan! 

Karena dirasa Nur sudah tidak produktif lagi maka bosnya Nur pun mengembalikan Nur ke Indonesia dengan alasan sakit. Tanpa diberi uang pesangon. Hanya uang 300 ringgit saja yang Nur pegang. Akhirnya dengan diantar pihak agen penampungan cleaning service dari Malaysia, Nur diantar hingga Johor Bahru untuk menyeberang ke Batam. Nur membeli tiket dengan uang 300 ringgit di tangannya. Sesampai di Batam Nur sudah tidak punya ongkos lagi untuk kembali ke Semarang. Dia pun terpaksa menginap di Masjid Raya Batam sambil menunggu bantuan dari sesiapapun yang Ikhlas memulangkannya ke Semarang….

Sumber : Nur Khotimah (nama samaran) kepada Tulisan Indah Bunda…




0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Theme images by andynwt. Powered by Blogger.
 

© TULISAN BUNDA, All Rights Reserved
Design by Dzignine and Conceptual photography